Saturday, December 15, 2007

PSBMB di Gedung Balai Bahasa Pontianak

Pontianak POst.
Diera sebelum kemerdekaan, bahasa Indonesia merupakan simbol dari jati diri bangsa. Penghargaan ini terlihat dari dijadikannya bahasa Indoensia sebagai alat pemersatu dari berbagai kelompok etnis ke dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Seiring dengan perkembangan jaman, bahasa Indonesia kemudian dijadikan sebagai bahasa negara. Selain digunakan sebagai bahasa pengantar sehar-hari, bahasa Indonesia pun digunakan pula sebagai bahasa media massa. Seperti apa penerapannya?

MEDIA masa memang sangat memegang peranan penting dalam usaha mencerdaskan kehidupan bangsa. Lewat pemberitaan yang berimbang, lugas lagi terpercaya, media massa seolah menjadi wahana pemuas dahaga akan informasi bagi masyarakat. Sadar akan arti penting dari media massa tersebut, Pusat Studi Bahasa dan Masyarakat Borneo (PSBMB) bekerjasama dengan sejumlah organisasi pengkajian bahasa di Kalimantan Barat, Sabtu (15/12) kemarin menggelar seminar terbuka mengenai Bahasa dalam Media Massa, di Kantor Pusat Bahasa Kalbar, Pontianak.

Seminar sehari ini digelar dalam dua sesi. Sesi pertama menampilkan enam pemateri yang dipanelkan. Mereka adalah Marluwi (Dosen STAIN Pontianak), Martina, Dewi Juliastuti, Yeni Yulianty. Ketiganya peneliti pada Pusat Bahasa Kalbar. Kemudian AR Muzammil (Dekan III FKIP Untan), dan Yanti (LPM STAIN Pontianak).

Sesi kedua akan diisi oleh enam panelis. Lima di antaranya dari Pusat Bahasa: Dedy Ari Asfar, Ika Nilawati, Prima Duantika, Irmayani, dan Wahyu Damayanti. Kemudian Rudi Mariyati dari TK Islam Al Azhar. Sedangkan sesi ketiga akan menampilkan, Nur Iskandar (Pimred Borneo Tribune), Ambaryani (LPM STAIN Pontianak), Yusriadi (Peneliti PSBMB), Sudarsono dan Martono, keduanya dari FKIP Untan. Marluwi, dosen STAIN Pontianak, dalam makalah singkatnnya yang berjudul Bahasa dan Wacana Media (Upaya memelihara Bahasa Indonesia) mengatakan bahasa adalah identitas, entitas dan sarana komunikasi.

Dengan bahasa interaksi sosial dapat dilakukan. Dengan bahasa kita dapat diperkenalkan, memperkenalkan dalam keragaman atau heterogenitas. Hubungan manusia dengan bahasa dapat dilihat sebagai keutuhan tak terpisah. Bahasa berperan dan memiliki makna dalam kehidupan manusia. Dalam melakukan interaksi sosial bahasa menjadi tumpuan dalam komunikasi antar sesama. Dalam konteks ini bahasa dapat diidentifikasi pada dua: bahasa lisan dan bahasa tulis. Bahasa lisan secara sederhana adalah bahasa tutur yang diekspresikan melalui indera mulut (baca: lisan).

Sementara bahasa tulis diekspresikan melalui ranah pena, sebagaimana banyak dipahami melalui karya ilmiah. “Menariknya, keduanya sama-sama berfungsi perankan mediasi interaksi manusia dalam alam sosial. Baik itu bahasa lisan atau bahasa tulisan berfungsi sebagai sarana komunikasi,” terangnya.

Seperti Goenawan Mohamad katakan: “Bahasa adalah medium manusia berhubungan dengan, juga mengungkapkan ataupun menggunakan bahasa Indonesia, tetapi tidak sedikit dalam setiap kolom menggunakan bahasa atau istilah asing (bahasa Inggris) yang susah dipahami oleh masyarakat awam pada umumnya.

Adanya interferensi bahasa asing tersebut dipandang mengacaukan penggunaan bahasa Indonesia yang sudah ada. Misalnya interferensi kosakata bahasa Inggris shock therapy dan door prize. Sebenarnya kosakata tersebut sudah ada padanannya dalam bahasa Indonesia masing-masing ‘terapi kejut’ dan ‘hadiah langsung’.

Hal ini bisa dimaklumi mungkin diakibatkan karena para wartawan menguasai lebih dari satu bahasa. Penggunaan kosa kata atau istilah asing tersebut boleh digunakan, tetapi penggunaannya harus benar sesuai dengan kaidah yang berlaku. Tentunya diharapkan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam bentuk lisan maupun tulisan selalu kita kedepankan.

Kalimantan Barat memiliki khazanah kepelbagaian bahasa yang sangat tinggi. Kehidupan berbahasa masyarakatnya multilingual. Setiap daerah kabupaten di wilayah Kalimantan Barat memiliki bermacam-macam varian bahasa lokal yang khas. Bahasa-bahasa lokal ini memainkan peran penting sebagai bahasa lingua franca di kalangan intraetnik tempat bahasa tersebut dituturkan.

Khazanah kekayaan lokal ini jarang terdokumentasikan dalam bentuk korpus data yang dapat diakses dengan mudah dan cepat.Sadar akan kondisi yang demikian, Dedy Ari Asfar dari Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Barat mengatakan korpus data sangat penting sebagai salah satu usaha melestarikan bahasa lokal yang ada di Kalimantan Barat. Dalam tulisan singkatnya yang berjudul ‘Membina Korpus Data Bahasa Daerah dalam Media Cetak’, Dedy menilai dengan adanya korpus data bahasa daerah, dapat digali struktur bahasa lokal tersebut oleh peminat bahasa daerah.

“Selain itu, korpus data bahasa daerah dapat dijadikan bahan untuk memperkaya kosakata bahasa Indonesia dan media pengajaran muatan lokal di sekolah,” ungkapnya.

Oleh karena itu, mengembangkan dan membina korpus data bahasa daerah di dalam media cetak pada satu kolom khusus bermanfaat untuk pendokumentasian dan pelestarian bahasa daerah secara berkelanjutan. Bahkan media cetak menjadi pusat rujukan dan pangkalan data korpus bahasa daerah yang bisa diakses dan dibaca dengan cepat oleh khalayak ramai.

No comments: